Rabu, 13 April 2011

Laporan Morfologi Tumbuhan III - Morfologi Batang

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Morfologi tumbuhan adalah adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan. Morfologi tumbuhan juga menguraikan tentang fungsi masing-masing bagian dari bentuk dan susunan tumbuhan.
Jika kita melihat batang berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat bahwa ada diantaranya yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang tampaknya tidak berbatang karena semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain yang disebut roset (rosula).
Pada umumnya batang berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Batang terdiri dari ruas-ruas yang pada tiap perbatasan ruas inilah terdapat daun. Arah tumbuh batang biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau heliotrop). Batang selalu bertambah panjang di ujungnya, mengadakan percabangan dan umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek.
Akibat banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya jenis batang, maka perlu mempelajari bagaimana bentuk dan pembagiannya. Namun dalam penentuan jenis-jenis batang tumbuhan tidaklah mudah, seringkali terjadi kekeliruan. Untuk itu selalu diperlukan penelitian atau pemeriksaan secara langsung dan seksama untuk menghindari terjadinya kesalahan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu mempelajari bermacam-macam bentuk akar dan modifikasi pada tumbuhan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tumbuhan yang tidak berbatang dan jelas berbatang
Jika kita membandingkan beberapa jenis tumbuhan, ada yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang kelihatannya tidak berbatang. Oleh karena itu dapat dibedakan menjadi tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis) dan tumbuhan yang jelas berbatang. Di mana tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis) yaitu tumbuhan yang sesungguhnya berbatang, namun keliahatannya saja tidak ada karena batang sangat pendek dan daunnya seakan-akan keluar pada bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain disebut roset (rosula). Sedangkan tumbuhan yang jelas berbatang adalah tumbuhan yang batangnya jelas terlihat.

2. Languas galanga (Lengkuas)
a. Morfologi
Languas galanga yang biasanya disebut lengkuas dengan family zingiberaceae, memiliki batang yang termodifikasi menjadi akar dan tumbuh ke dalam tanah. Semua daun dari lengkuas seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain yang merupakan suatu roset akar (rosula), (Gembong, 1985).

b. Klasifikasi
Menurut Plantamor, 2011 susunan klasifikasi dari Languas galanga atau lengkuas yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Languas
Spesies : Languas galanga

c. Ekologi
Lengkuas tumbuh di tempat terbuka yang sedikit terlindung. Lengkuas menyukai tanah dengan keadaan yang lembab. Hidup pada daerah yang mempunyai curah hujan 2.250 – 4.750 mm pertahun. Lengkuas tumbuh subur di daerah dataran rendah 400 m sampai ketinggian 1.200 m dari permukaan laut dan menyukai tempat yang teduh dan terlindung dari angin, serta pada daerah yang beririgasi baik dan kaya bahan organik dengan pH 7 – 7,5. Di Indonesia lengkuas banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati atau di dalam semak belukar. Lengkuas berasal dari Asia tropika. Saat ini lengkuas tersebar luas di berbagai daerah di Asia tropis, antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Cina, Hongkong dan India.

d. Nilai medis
Rimpang lengkuas digunakan untuk mengatasi gangguan lambung, gangguan ginjal, mengobati penyakit herpes dan anti tumor di bagian mulut dan lambung. Biji lengkuas digunakan untuk mengatasi kolik, diare, dan muntah-muntah. Daun lengkuas digunakan sebagai pembersih untuk ibu sehabis melahirkan. Tunas muda lengkuas dapat digunakan untuk mengobati infeksi ringan pada telinga. Batang lengkuas yang sangat muda dan tunas atau kuncup bunga lengkuas dapat dimakan sebagai lalap atau sayur setelah direbus atau dikukus terlebih dahulu.
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan. Buah lengkuas mengandung asetoksichavikol asetat dan asetoksieugenol asetat. Biji lengkuas mengandung senyawa-senyawa yang bersifat sitotoksik dan antifungal.

e. Nilai komersial
Di negara Asia, rimpang lengkuas digunakan sebagai bumbu masak atau rempah pengganti kapulaga dengan harga Rp. 6.000,00/kg. Minyak lengkuas (Oleum galanga) sering ditambahkan sebagai aroma dalam pembuatan minuman keras dan bir. Oleum galanga atau minyak lengkuas juga bersifat insektisida.

3. Helianthus annuus (Bunga matahari)
a. Morfologi
Helianthus annuus atau bunga matahari dengan family asteraceae, memiliki sifat batang yang basah (herbaceus), bentuk batang yang bulat (teres), sifat permukaan batang berambut (pilosus), arah tumbuh batang menggangguk (nutans) dan percabangan batang monopodial, (Gembong, 1985).

b. Klasifikasi
Menurut Plantamor, 2011 susunan klasifikasi dari Helianthus annuus adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Helianthus
Spesies : Helianthus annuus

c. Ekologi
Bunga matahari ditanam terutama di daerah dingin hingga subtropik panas. Bunga matahari dapat tumbuh di daerah kering pada ketinggian sampai 1.500 m dari permukaan laut. Temperatur optimum untuk pertumbuhan bunga matahari adalah 23 - 27°C. Bunga matahari toleran terhadap rentang curah hujan tahunan yang luas dari 200 - 550 mm per tahun dengan kelembapan 60 – 75 %. Udara yang kering setelah terbentuknya biji sangat penting untuk membuat masak biji tumbuhan bunga matahari. Tanah yang cocok untuk bunga matahari yaitu dari tanah berpasir hingga tanah liar dengan drainase yang baik dan tidak asam atau asin, paling cocok pH berkisar dari 5,7 – 8,1.

d. Nilai medis
Biji bunga matahari mengandung minyak nabati dengan kadar kolesterol rendah, sehingga cocok dikonsumsi mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau mengalami kelainan jantung. Daun bunga matahari mampu meredakan asma dan batuk rejan karena bronkitis. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah minyak bunga matahari, yang bisa mengatasi berbagai penyakit kronis termasuk penyakit jantung dan gangguan saraf. Minyak bunga matahari juga mengandung vitamin E yang berfungsi sebagai penangkal radikal bebas. Kandungan vitamin E berguna untuk perawatan kulit karena bisa melawan efek penuaan.

e. Nilai komersial
Biji bunga matahari dapat menghasilkan minyak goreng yang mempunyai kualitas baik karena mengandung konsentrasi asam lemak yang tinggi dan mempunyai warna muda yang menarik, mempunyai rasa enak dan setara kualitasnya dengan minyak zaitun. Karena itu minyak biji bunga matahari digunakan secara luas sebagai pengganti minyak sayur. Minyak bunga matahari juga digunakan sebagai minyak pengering pada cat dan vernis dan pada pabrik sabun. Harga minyak biji bunga matahari yaitu Rp. 50.000,00/250 cc, sedangakan tepung biji bunganya dihargai Rp. 10.000,00/100 gr. Produk utama bunga matahari adalah makanan kaya protein yang digunakan untuk pakan ternak.

3. Imperata cylindrica (Alang-alang)
a. Morfologi
Imperata cylindrica atau alang-alang dengan family Poaceae. Merupakan tumbuhan yang semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akar disebut roset akar (rosula). Memiliki batang yang termodifikasi menjadi akar dan tumbuh ke dalam tanah, (Gembong, 1985).

b. Klasifikasi
Menurut Plantamor, 2011 susunan klasifikasi dari Imperata cylindrica yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica

c. Ekologi
Imperata cylindrica sering ditemukan pada tempat-tempat yang memiliki curah hujan lebih dari 1000 mm pertahun dengan kelembapan 75 – 90 %. Tercatat tumbuhan alang-alang terdapat pada ketinggian 2700 m dari permukaan laut di Indonesia. Kondisi terbaik untuk pertumbuhan alang-alang dengan suhu rata-rata 26 ˚C. Diperkirakan, alang-alang menutupi sekitar 5000 juta hektar daratan. Alang-alang dijumpai pada kisaran habitat yang luas mencakup perbukitan pasir kering di lepas pantai dan gurun, juga rawa dan tepi sungai di lembah. Tumbuhan alang-alang menyukai tempat yang memperoleh banyak cahaya dan tidak dapat tumbuh bila mendapat naungan penuh. Meskipun tumbuh pada kisaran tipe tanah dan tingkat kesuburan yang luas, alang-alang tumbuh dengan baik pada tempat bertanah basah. pH tanah untuk menumbuhkan alang-alang berkisar antara 4,0 – 7,5.

d. Nilai medis
Hasil penelitian tentang alang-alang menyebutkan bahwa ada kandungan manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, dan logam alkali. Dengan kandungan-kandungan itu, alang-alang bersifat antipiretik (menurunkan panas), diuretik (meluruhkan kemih), hemostatik (menghentikan pendarahan) dan menghilangkan haus. Akar alang-alang berkhasiat sebagai obat untuk berbagai gangguan kesehatan, seperti batu ginjal, air kemih mengandung darah, prostat, keputihan, campak, radang hati, hepatitis, tekanan darah tinggi, urat saraf melemah, asma, radang paru-paru, jantung koroner, gangguan pencernaan dan diare.

e. Nilai komersial
Alang-alang biasa digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Secara tradisional, alang-alang juga dimanfaatkan penduduk pedesaan untuk membuat atap rumah dikarenakan keberadaannya yang mudah didapatkan serta tahan lama. Untuk atap dari daun alang-alang dijual dengan harga Rp. 5.000,00 dengan ukuran 1,2 m. Alang-alang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kertas. Alang-alang bermanfaat dalam mengontrol erosi tanah atau sebagai pupuk hijau.

4. Cyperus sp (Rumput teki)
a. Morfologi
Cyperus sp atau rumput teki dengan family Cyperaceae merupakan tumbuhan yang memiliki sifat batang rumput (calmus), bentuk batang bersegi (angularis), sifat permukaan batang licin (laevis), arah tumbuh batang tegak lurus (erectus) dan percabangan batang monopodial semu, (Gembong, 1985).

b. Klasifikasi
Menurut Plantamor, 2011 susunan klasifikasi dari Cyperus sp yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Cyperales
Family : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus sp

c. Ekologi
Cyperus sp tumbuh pada ketinggian dengan elevasi 0 - 1000 m dari permukaan laut. Rumput teki banyak tumbuh di daerah terbuka seperti tempat pembuangan, tepi jalan, yang merupakan gulma pertanian yang potensial. Rumput teki sering ditemukan pada tempat-tempat yang menerima curah hujan lebih dari 1000 mm pertahun dengan kelambapan 60 – 85 %. Kondisi terbaik untuk pertumbuhan rumput teki dengan suhu rata-rata 25 ˚C. Rumput teki menyukai tempat yang memperoleh banyak cahaya. Meskipun tumbuh pada kisaran tipe tanah dan tingkat kesuburan yang luas, rumput teki tumbuh dengan sehat pada tempat bertanah basah yang tinggi kesuburannya. pH tanah untuk menumbuhkan rumput teki berkisar antara 4,0 – 7,5.

d. Nilai medis
Kandungan kimia yang dimiliki oleh umbi rumput teki yaitu Minyak asiri, alkaloida, glikosida, flavonoid, gula, zat pati dan resin. Pada umumnya bagian umbi rumput teki yang telah dibersihkan dari serabut yang melekat digunakan sebagai bahan obat. Dalam keadaan segar, umbi rumput teki dihaluskan dan dibubuhkan ke dalam minuman sebagai obat busung air, kencing batu. Air rebusan umbi rumput teki umumnya digunakan sebagai pengatur haid, menyembuhkan keputihan, bersifat sebagai penenang, antispasmodik, melunakkan feses dan mempercepat pembekuan darah pada luka baru.

e. Nilai komersial
Tepung umbi dari rumput teki digunakaan sebagai bedak dingin dengan aroma khas yang mengusir serangga dan nyamuk, hingga sering dipakai sebagai bedak anti nyamuk. Umbi rumput teki yang telah direbus berasa manis, sering dipipihkan untuk dibuat emping, setelah digoreng dikenal dengan sebutan emping teki dengan harga Rp. 60.000,00/kg.

5. Bougainvillea spectabilis (Kembang kertas)
a. Morfologi
Bougainvillea spectabilis atau kembang kertas dengan family nyctaginaceae, memiliki sifat batang yang berkayu (lignosus), bentuk batang yang bulat (teres), sifat permukaan batang berduri (spinosus), arah tumbuh batang tegak lurus (erectus) dan percabangan batang monopodial, (Gembong, 1985).

b. Klasifikasi
Menurut Plantamor, 2011 susunan klasifikasi dari Bougainvillea spectabilis yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophyllales
Family : Nyctaginaceae
Genus : Bougainvillea
Spesies : Bougainvillea spectabilis

c. Ekologi
Kembang kertas toleran terhadap rentang curah hujan tahunan yang luas dari 400 - 3000 mm per tahun dengan kelembapan 70 – 85 %. Pertumbuhan terbaik kembang kertas bila rata-rata temperatur tahunan 19 - 27°C. Kembang kertas tumbuh pada ketinggian 400 – 1500 dari permukaan laut. Kembang kertas memerlukan intensitas cahaya tinggi. Tumbuhan kembang kertas tumbuh baik pada pasir berdrainase baik, tanah liat dengan pH 5 - 6.5. Tetapi juga tumbuh dengan baik pada lahan berpasir asam, tidak toleran terhadap air yang berlebih. Pada lahan yang memiliki humus subur dan lapisan tanah dibawahnya asam.

d. Nilai medis
Kembang kertas mempunyai rasa pahit, kelat dan hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam kembang kertas diantaranya betanidin, isobetanidin. Bungan kembang kertas dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit seperti bisul, biang keringat dan gatal-gatal, hepatitis, haid tidak teratur dan keputihan.

e. Nilai komersial
Kembang kertas banyak digunakan sebagai tumbuhan hias karena kegunaan tersebut dapat dimanfaatkan dan dengan nilai jual yang tinggi mencapai Rp.20.000,00 – Rp.30.000,00/pot. Namun di Indonesia kembang kertas bisa dikatakan sudah tidak memiliki nilai jual atau nilai komersial lagi karena makin mudahnya masyarakat mendapatkan kembang kertas.


BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
- Hari/Tanggal : Sabtu, 09 April 2011
- Pukul : 13.00 Wita – 17.30 Wita
- Tempat : Laboratorium Biodeversity Jurusan Biologi
FMIPA UNTAD

B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Buku gambar
2. Alat tulis menulis
3. Akar Alpinia galanga
4. Akar Helianthus annuus
5. Akar Imperata cylindrica
6. Akar Cyperus rotundus
7. Akar Bougainvillea spectabilis
8. Akar Passiflora quadrangularis
9. Akar Allium cepa
10. Akar Solanum tuberosum
11. Akar Ipomoea aquatica
12. Akar Clitoria ternatea
13. Akar Cucurbita muscata
14. Akar Saccharum officinarum
15. Akar Carica papaya
16. Akar Psidium guajava
17. Akar Opuntia sp
18. Akar Piper bettle
19. Akar Vanilla planifolia

C. Prosedur kerja
Prosedur kerja dalam pelaksanaan praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Menulis nama spesies dan family tumbuhan tersebut
2. Mengambarkan dan memberi keterangan bagian-bagiannya
3. Menetukan sifat-sifat batang:
- Basah (Herbaceus)
- Berkayu (Lignosus)
- Rumput (Calmus)
- Mendong (Calamus)
4. Menentukan bentuk batang:
- Bulat (Teres)
- Bersegi (Angularis)
- Pipih
5. Menentukan sifat permukaan batang:
- Licin (Laevis)
- Berambut (Pilosus)
- Beralur (Sulcatus)
- Berusuk (Costatus)
- Bersayap (Alatus)
- Berduri (Spinosus)
- Memperlihatkan bekas-bekas daun dan daun penumpu
6. Menentukan arah tumbuh batang:
- Tegal lurus (Erectus)
- Menggantung (Dependens/Pendulus)
- Berbaring (Humifusus)
- Menjalar/merayap (Repens)
- Mengangguk (Nutans)
- Memanjat (Scandens)
- Membelit (Volubilis)
7. Percabangan batang:
- Monopodial
- Monopodial semu
- Simpodial
- Dikotom

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Alpinia galanga (Lengkuas)
Languas galanga atau biasa disebut dengan lengkuas merupakan tanaman yang tidak memiliki sifat batang, bentuk batang. Namun arah tumbuh batang kebawah, karena tumbuhan lengkuas merupakan tumbuhan yang tidak jelas berbatang yakni memiliki batang tetapi pada batang tersebut tidak terlihat karena memiliki daun yang tumbuh pada bagian atas akar. Rhizoma dari lengkuas merupakan modifikasi dari batang dan daun.
2. Helianthus annuus (Bunga matahari)
Helianthus annuus atau yang lebih dikenal dengan sebutan bunga matahari adalah salah satu tumbuhan yang memiliki sifat batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak dan berair. Bunga matahari memiliki bentuk batang yang bulat (teres) dan sifat permukaan batang yang berambut (pilosus). Arah tumbuh batang bunga matahari adalah mengangguk (nutans), yaitu batang tumbuh tegak lurus ke atas tetapi ujungnya selalu membengkok kembali ke bawah. Percabangan batang bunga matahari adalah monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya.

3. Imperata cylindrica (Ilalang)
Imperata cylindrica yang biasanya disebut alang-alang, memiliki batang yang termodifikasi menjadi akar dan tumbuh ke dalam tanah. Semua daun dari alang-alang seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain yang merupakan suatu roset akar (rosula)

4. Cyperus sp (Rumput teki)
Cyperus sp atau yang lebih dikenal dengan sebutan rumput teki adalah salah satu tumbuhan yang memiliki sifat batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga. Rumput teki memiliki bentuk batang yang bersegi bangun segitiga (triangularis) dan sifat permukaan batang yang licin (laevis). Arah tumbuh batang rumput teki adalah tegak lurus (erectus), yaitu batang tumbuh arahnya lurus ke atas. Percabangan batang rumput teki adalah monopodial semu, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, namun pertumbuhannya kalah cepat dibanding pertumbuhan cabang-cabangnya.


5. Bougainvillea spectabilis (Kembang merak)
Bougainvillea spectabilis atau yang lebih dikenal dengan sebutan kembang merak adalah salah satu tumbuhan yang memiliki sifat batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu yang mengandung zat lignin. Kembang merak memiliki bentuk batang yang bulat (teres) dan sifat permukaan batang yang berduri (spinosus). Arah tumbuh batang kembang merak adalah tegak lurus (erectus), yaitu batang tumbuh arahnya ke atas. Percabangan batang kembang merak yaitu monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari sudut bentuk penampang melintangnya batang dapat dibedakan bermacam-macam bentuk batang yaitu :
a. Bulat (teres), misalnya batang Bougainvillea spectabilis (kembang kertas)
b. Bersegi (angularis), terbagi lagi menjadi dua yaitu:
- Bangun segitiga (triangularis), misalnya batang Cyperus rotundus (rumput teki)
- Segiempat (quadrangularis), misalnya batang Passiflora quadrangularis (markisah)
c. Pipih, terbagi lagi menjadi dua yaitu:
- Filokladia (phyllocladium), misalnya batang Muehlenbeckia patyclada (jakang)
- Kladodia (cladodium), misalnya Opuntia vulgaris (kaktus)

2. Sifat-sifat batang tumbuhan dapat dibedakan menjadi :
a. Batang basah (herbaceus), misalnya pada batang Helianthus annuus (bunga matahari)
b. Batang berkayu (lignosus), misalnya pada batang Bougainvillea spectabilis (kembang kertas)
c. Batang rumput (calmus), misalnya pada batang Oryza sativa (padi)
d. Batang mendong (calamus), misalnya pada batang Cyperus sp (rumput teki)



3. Sifat-sifat permukaan batang tumbuhan terbagi menjadi :
a. Licin (laevis), misalnya pada batang Piper bettle (sirih)
b. Berambut (pilosus), misalnya pada batang Cucurbita muscata (labu)
c. Beralur (sulcatus), misalnya pada batang Clitoria ternatea (kembang merak)
d. Berusuk (costatus), misalnya pada batang Coleus scutellarioides (iler)
e. Bersayap (alatus), misalnya pada batang Passiflora quadrangularis (markisa)
f. Berduri (spinosus), misalnya pada batang Opuntia sp (kaktus)
g. Memperlihatkan bekas-bekas daun dan daun penumpu, misalnya pada batang Carica papaya (pepaya)

4. Arah tumbuh batang dibedakan menjadi:
a. Tegak lurus (erectus), misalnya pada Solanum tuberosum (kentang)
b. Menggantung (dependens/pendulus), misalnya pada jenis anggrek (Orchidaceae)
c. Berbaring (humifusus), misalnya pada Citrullus vulgaris (semangka)
d. Menjalar atau merayap (repens), misalnya pada Cucurbita muscata (labu)
e. Mengangguk (nutans), misalnya pada Halianthus annuus (bunga matahari)
f. Memanjat (scandens), misalnya pada Piper bettle (sirih)
g. Membelit (volubilis), misalnya pada Clitoria ternatea (kembang telan)

5. Cara percabangan pada batang ada bermacam-macam, yaitu :
a. Monopodial, misalnya pada batang Helianthus annuus (bunga matahari)
b. Monopodial semu, misalnya pada batang Piper bettle (sirih)
c. Simpodial, misalnya pada batang Opuntia sp (kaktus)
d. Dikotom, misalnya pada batang Gleichena linearis (paku andam)

B. Saran
Praktikan berharap agar dalam praktikum selanjutnya dapat berlangsung dengan lebih tenang, sehingga praktikan dapat memanfaatkan waktu yang telah disediakan dengan seefisien mungkin. Serta praktikan berharap agar tidak hanya para praktikan yang mematuhi tata tertib pada saat di dalam laboratorium, namun para asisten juga sehingga praktikum dapat berjalan lebih tertib.
Selengkapnya...

Kamis, 07 April 2011

Laporan Morfologi Tumbuhan II - Daun tunggal dan Daun Maejmuk

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jika kita melihat daun berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat bahwa ada di antaranya yang hanya memiliki satu helaian saja pada tangkai daunnya yang disebut daun tunggal (folium simplex) dan ada pula tumbuhan yang tangkainya bercabang-cabang, dan pada setiap cabang tangkai terdapat helaian daun, sehingga pada satu tangkai memiliki helaian daun lebih dari satu yaitu daun majemuk (folium compositum).
Karena banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya bentuk daun, baik daun tunggal maupun daun majemuk, maka perlunya mempelajari bagaimana sajakah bentuk dan pembagiannya. Namun dalam penentuan jenis-jenis daun tunggal dan daun majemuk tidaklah mudah, seringkali terjadi kekeliruan terutama dalam penentuan jenis daun majemuk. Untuk itu selalu diperlukan penelitian atau pemeriksaan secara langsung dan seksama untuk menghindari terjadinya kesalahan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu mempelajari bermacam-macam tipe daun majemuk serta membedakan antara daun mejemuk dan daun tunggal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vigna sinensis
A. Morfologi
Vigna sinensis (kacang panjang) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bentuk bangun daun (circumscriptio) seperti jorong (ovalis). Daging daun (intervenium) bersifat tipis seperti selaput (membranaceus). Susunan tulang-tulang (nervatio) bersifat menyirip (penninervis). Tepi daun (margo) bersifat rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat runcing (acutus). Pangkal daun (basis) bersifat tumpul (obtusus). Permukaan daunnya bersifat kasap (scaber). Duduk daunnya berseling (folia disticha) (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Vigna sinensis adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis
(Plantamor, 2011).

C. Ekologi
Kacang panjang dapat tumbuh pada daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan 250 – 300 mm/tahun dengan kelembapan 60-70 %. Ketinggian untuk tumbuhan ini yaitu 2 – 3 m/tahun, dengan suhu 25˚C. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan keadaan tanah yang tidak terlalu kering dan lembab dengan pH 5,5 – 6,5 dan ketinggian 1 – 1.300 m dpl. pada Indonesia umunya kacang panjang telah tersebar kesemua pulau-pulau yang kebanyakan di temukan di daerah yang beriklim tropis seperti Sulawesi dan Kalimantan.

D. Nilai medis
Kacang panjang mengandung enam antosianin (sianidin galaktosida, sianidin glukosida, delfinidin glukosida, malvidin glukosida, peonidin glukosida, dan petunidin glukosida), flavonol atau glikosida flavonol (kaempferol glukosida, quersetin, quersetin glukosida, kuersetin asetilglukosida), aglikon flavonoid (kuersetin, kaempferol, isorhamnetin). Daun dan akarnya mengandung saponin dan polifenol. Selain itu juga mengandung protein, karbohidrat, lemak, serat, kalsium, besi, fosfor, potasium, sodium, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan niasin. Kandungan senyawa-senyawa di dalam kacang panjang ini berperan dalam proses proliferasi, diferensiasi, dan sintesis protein di sel target yang berbeda-beda. Secara empiris, tanaman kacang panjang dimanfaatkan untuk merawat dan memperbesar payudara.

E. Nilai komersial
Kacang panjang merupakan salah satu tumbuhan sayuran yang digunakan sebagai lalapan pada buahnya. Biasa buah dan pada daunnya pun dapat dimakan dengan cara direbus atau ditumis terlebih dahulu. Kacang panjang banyak ditemukan di pasar tradisional dengan harga berkisar Rp. 1.000,- /ikat.

2.2 Citrus maxima
A. Morfologi
Citrus maxima (jeruk bali) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus). Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya (circumscriptio) berbentuk seperti jorong (ovalis). Daging daun (intervenium) bersifat seperti kulit/belulang (coriaceus). Tepi daun (margo) bersifat rata (integer). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang menyirip (penninervis). Ujung daun (apex) berbentuk terbelah (retusus). Pangkal daun (basis) berbentuk runcing (acutus). Permukaan daunnya bersifat licin mengkilat (laevis nitidus). Sedangkan pada duduk daunnya berseling (folia disticha) (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Citrus maxima adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Ruttales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus maxima
(Plantamor, 2011).

C. Ekologi
Jeruk bali telah tersebar sampai ke Cina, Eropa dan Amerika. Jeruk bali dapat tumbuh pada dataran tinggi tropik. Suhu bulanan rata-rata sekitar 20 – 25 ˚C, curah hujan untuk tanaman ini yaitu berkisar antara 1500 – 1800 mm/tahun dengan kelembapan berkisar 70 – 80 %. Tumbuhan ini dapat tumbuh di berbagai tipe tanah mulai dari tanah berpasir kasar hingga berbatu. Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 1000 m dpl dengan pH 7 – 9,5.

D. Nilai medis
Daun jeruk bali dapat berguna untuk mengobati demam. Buahnya dapat digunakan untuk mencegah kanker, menurunkan resiko penyakit jantung, melancarkan saluran pencernaan, menurunkan kolestrol dan mencegah anemia. Jeruk ini mengandung vitamin B, vitamin C, provitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan asam folat. Pada daerah Jawa jeruk bali digunakan sebagai penurun demam seorang anak dengan cara merebus dari daun jeruk bali dan diminumkan tiga kali sehari.

E. Nilai komersial
Citrus maxima atau jeruk bali dapat dijadikan jus. Daunnya dapat dijadikan pengharum alami pada masakan. Jeruk juga mempunyai peran dalam dunia kecantikan. Sedangkan harga jeruk bali di pasaran untuk ukuran besar berkisar Rp. 5.000,00- /buah, sedangkan ukuran kecil Rp. 3.000,00- /buah.

2.3 Ceiba petandra
A. Morfologi
Ceiba petandra (kapuk randu) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus). Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya (circumscriptio) berbentuk memanjang (oblongus). Daging daun (intervenium) bersifat seperti kertas (papyraceus). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang menyirip (penninervis). Tepi daun (margo) berbentuk rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat meruncing (acuminatus). Pangkal daun (basis) berbentuk meruncing (acuminatus). Permukaan daunnya bersifat licin suram (laevis opacus). Sedangkan pada duduk daunnya tersebar (folia sparsa) (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Ceiba petandra adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Malvales
Family : Bombacaceae
Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba petandra
(Plantamor, 2011).

C. Ekologi
Tanaman kapuk dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam di tanah yang banyak mengandung humus dan gembur, misalnya tanah endapan dan tanah vulkanis. Tanah ini dapat kita jumpai pada ketinggian 800 dpl pada pH 5,0 – 6,0. Suhu yang baik untuk tanaman ini berkisar antara 16 – 18 ˚C dengan kelembapan 50 – 60 %.
Daerah curah hujan yang cocok untuk tanaman ini adalah daerah dengan curah hujan 150 – 350 mm/tahun dengan kemarau 10 – 25 hari. tanaman ini banyak hidup di daerah tropis seperti Sulawesi, kalimantan bahkan Papua.

D. Nilai medis
Tanaman kapuk randu, pada daunnya dapat digunakan untuk mengobati demam, batuk, sesak napas dan asma. Kapuk randu mengandung dueretis, astrigeht, saponin dan zat kapur.

E. Nilai komersial
Potensi dasar kapuk dapat dilihat dari banyaknya manfaat tanam kapuk untuk keperluan hidup manusia. Jumlah penduduk juga dapat dijadikan tolak ukur besarnya potensi dasar kapuk. Misalnya untuk pembuatan bantal yang di pasaran berkisar Rp. 20.000,- /buah, pembuatan kasur yang di pasaran berkisar Rp. 150.000,- /buah, pembuatan jok yang di pasaran berkisar Rp. 200.000,- /buah.
Selain itu serat kapuk dan batang kapuk yang merupakan produk utama banyak digunakan sebagai bahan baku industri misalnya meubel dan industri tekstil. Kulit buah pada tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sabun, pupuk, minyak goreng dan lain-lain.

2.4 Parkia speciosa
A. Morfologi
Parkia speciosa (petai cina) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip genap sempurna (abrupte pinnatus). Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya (circumscriptio) berbentuk seperti jorong (ovalis). Daging daun (intervenium) bersifat seperti kertas (papyraceus). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang menyirip (penninervis). Tepi daun (margo) berbentuk rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat membulat (rotundatus). Pangkal daun (basis) berbentuk runcing (acutus). Permukaan daunnya bersifat berkerut (rugosus). Sedangkan pada duduk daunnya berhadapan (folia opposita) (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Parkia speciosa adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Parkia
Spesies : Parkia speciosa
(Plantamor, 2011).

C. Ekologi
Tanaman petai diperkirakan berasal dari Malaysia. Namun, sudah lama tanaman ini tum¬buh dan dibudidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Tanaman ini banyak tumbuh di daerah dengan musim kemarau yang tidak ekstrim. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 25 – 45 ˚C dengan kelembapan 40 – 60 %. Tanaman ini dapat kita jumpai pada ketinggian 300 dpl.
Tanaman ini cocok dengan daerah yang memiliki curah hujan berkisar 100 – 250 mm/tahun dengan kemarau 20 - 25 hari yang cocok pada daerah tropis seperti Sulawesi dan Kalimantan.

D. Nilai medis
Dibanding apel, petai memiliki protein empat kali lebih banyak, karbohidrat dua kali lebih banyak, tiga kali lipat fosfor, lima kali lipat vitamin A dan zat besi, dan dua kali lipat jumlah vitamin dan mineral lainnya. Petai merupakan sumber energi yang baik, yaitu 142 kkal per 100 g biji. Petai mengandung tiga macam gula alami, yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang dikombinasikan dengan serat. Kombinasi tersebut mampu memberikan dorongan tenaga instan, tetapi cukup lama dan cukup besar efeknya.
Petai juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi, yaitu 46 mg per 100 g biji. Vitamin C sangat penting perannya dalam proses hidroksilasi asam amino prolin clan lisin, menjadi hidroksiprolin clan hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kola¬gen yang penting yang mampu mengatasi ambeyen, sariawan, buang air besar serta kanker.

E. Nilai komersial
Bagian dari buah petai yang paling penting untuk dimanfatkan adalah bijinya. Bagian dari kayunya dapat digunakan sebagai kayu api dan membantu pembangunan industri. Meskipun menghasilkan bau tidak sedap, biji petai sangat digemari oleh sebagian orang karena dapat meningkatkan selera makan. Petai dapat dimakan mentah sebagai lalap, direbus, digoreng atau dibakar. Petai juga banyak dimanfaatkan sebagai penyedap makanan. Pada petai memiliki harga jika telah diolah menjadi sebuah bubuk atau penyedap rasa yang berkisar dipasaran Rp. 1.000,- /sachet.

2.5 Metroxylon sagu
A. Morfologi
Metroxylon sagu (sagu) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip berseling. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya (circumscriptio) berbentuk bangun pita (ligullatus). Daging daun (intervenium) bersifat seperti perkamen (perkamenteus). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang sejajar (rectinervis). Tepi daun (margo) berbentuk rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat berbentuk runcing (acutus). Pangkal daun (basis) berbentuk tumpul (obtusus). Permukaan daunnya bersifat kasap (scaber). Sedangkan pada duduk daunnya roset batang (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Metroxylon sagu adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Aracales

Family : Araceae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sagu
(Plantamor, 2011).

C. Ekologi
Metroxylon sagu berasal dari Papua Nugini dan Maluku. Sagu merupakan pohon didaratan rendah tropik yang basah, ditemukan secara alami sampai pada ketinggian 700 m dpl. Kondisi terbaik untuk pertumbuhan sagu dengan suhu rata-rata 26 ˚C. Kelembapan relatif 90%. Curah hujan 2000 – 4000 m/tahun, dengan pH 5,5 – 6,4.

D. Nilai medis
Sagu dapat digunakan sebagai obat kembung, muntah-muntah, buang air besar serta muntah darah. Kandungan kimia yang terkandung didalamnya adalah protein, zat besi, karoten, tiamin dan asam askorbat.

E. Nilai komersial
Di Indonesia dan Malaysia, pati sagu digunakan untuk pembuatan mie dan mkanan ringan. Sedangkan di Amerika di gunakan untuk pembuatan bedak. Batang sagu yang masih muda dapat digunakan sebagai makanan hewan serta dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan bahan bakar.



BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
- Hari/Tanggal : Sabtu, 02 April 2011
- Pukul : 13.00 Wita – 17.30 Wita
- Tempat : Laboratorium Biodeversity Jurusan Biologi
FMIPA UNTAD

B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Buku gambar
2. Alat tulis menulis
3. Daun Vigna sinensis
4. Daun Citrus maxima
5. Daun Ceiba petandra
6. Daun Parcia specioca
7. Daun Metroxylon sagu

C. Prosedur kerja
1. Menulis nama spesies dan family tumbuhan tersebut
2. Mengambarkan dan memberi keterangan bagian-bagiannya
- Helaian daun (lamina)
- Tangkai daun (petiolus)
- Ibu tangkai daun (potiolus communis)
- Anak daun (foliolum)
- Circumscriptio
- Intervenium
- Margo
- Apex
- Basis
- Permukaan daun
- Nervatio
3. Menentukan duduk daun
- Tersebar (folia sparsa)
- Berkarang (folia ferticilata)
- Berhadapan (folia oppsita)
- Berseling (folia disticha)
4. Menentukan susunan daun majemuk
- Menyirip ganjil (imparipinnatus)
- Menyirip genap (abrupte pinnatus)
- Menyirip berseling
- Menyirip ganda dua, tiga dan seterusnya
- Menjari berdaun satu (unifoliolatus)
- Menjari berdaun dua, tiga dan seterusnya
- Menjari ganda dua (bibifoliolatus)
- Majemuk menyirip ganjil rangkap tiga
- Majemuk campuran (digitatopinnatus)


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Vigna sinensis
Vigna sinensis yang biasanya disebut kacang panjang adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tiga atau trifoliolatus karena pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun. Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio bentuknya jorong atau ovalis. Daging daun atau Intervenium bersifat tipis seperti selaput atau membranaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio bersifat menyirip atau penninervis, yaitu daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Tepi daun atau margo folii bersifat rata atau integer. Ujung daun atau apex folii bersifat runcing atau acutus yaitu pada ujung yang runcing. Pangkal daun atau basis folii nya bersifat tumpul atau obtusus. Permukaan daunnya bersifat kasap atau scaber. Sedangkan pada duduk daunnya berseling atau folia disticha yaitu tata letak daun terseling mengikuti rumus ½ yang memisahkan tata letak daun tersebut.

2. Citrus maxima
Citrus maxima atau yang biasanya kita sebut dengan jeruk bali adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun satu atau unifolidatus karena pada ujung ibu tangkai terdapat satu anak daun. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk seperti jorong atau ovalis yaitu jika perbandingan panjang : lebar = 1 ½ - 2 : 1. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kulit/belulang atau coriaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya berbentuk terbelah atau retusus yaitu ujung daun memiliki suatu lekukan. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk runcing pula atau acutus. Permukaan daunnya bersifat licin mengkilat atau laevis nitidus. Sedangkan pada duduk daunnya berseling atau folia disticha yaitu tata letak daun terseling mengikuti rumus ½ yang memisahkan tata letak daun tersebut.

3. Ceiba petandra
Ceiba petandra atau yang biasanya kita sebut dengan kapuk randu adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tujuh atau septemfoliolatus karena pada ujung ibu tangkai terdapat tujuh anak daun. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk memanjang atau oblongus yaitu jika panjang : lebar = 2 ½ - 3 : 1. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus yaitu tipis tetapi cukup tegar. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat meruncing atau acuminatus yaitu pada ujung yang runcing, tetapi titik pertemuan kedua daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk meruncing pula atau acuminatus. Permukaan daunnya bersifat licin suram atau laevis opacus. Sedangkan pada duduk daunnya tersebar atau folia sparsa yaitu tata letak daun tersebar mengikuti rumus 3/8 yang memisahkan tata letak daun tersebut.

4. Parkia speciosa
Parkia speciosa atau yang biasanya kita sebut dengan petai cina adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip genap atau abrupte pinnatus yaitu terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan di kanan kiri ibu tulang, oleh sebab itu jumlah anak daunnya biasanya lalu menjadi genap. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk seperti jorong atau ovalis. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus yaitu tipis tetapi cukup tegar. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat membulat atau rotundatus yaitu pada daun-daun bangun bulat telur sungsang atau daun bangun sudip. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk runcing atau acutus. Permukaan daunnya bersifat berkerut atau rugosus. Sedangkan pada duduk daunnya berhadapan atau folia opposita yaitu dua daun pada setiap buku-buku letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 180˚).

5. Metroxylon sagu
Metroxylon sagu atau yang biasanya kita sebut dengan sagu adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip berseling yaitu anak daun pada ibu tangkai duduknya berseling. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya atau circumscriptio berbentuk bangun pita atau ligullatus yaitu serupa daun bangun garis, tetapi lebih panjang lagi. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti perkamen atau perkamenteus yaitu tipis tetapi cukup kaku. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang sejajar atau rectinervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat berbentuk runcing atau acutus. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk tumpul atau obtusus. Permukaan daunnya bersifat kasap atau scaber. Sedangkan pada duduk daunnya berseling atau folia disticha yaitu roset batang yaitu daun yang rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung batang.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka kami berkesimpulan sebagai berikut :
1. Daun tunggal adalah pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja.
2. Daun majemuk adalah tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun.
3. Pada suatu daun majemuk dapat kami bedakan bagian-bagiannya sebagai berikut :
- Ibu tangkai daun (potiolus communis)
- Tangkai anak daun (petiololus)
- Anak daun (foliolum)
4. Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya daun majemuk dapat dibedakan empat golongan yaitu :
- Daun majemuk menyirip (pinnatus)
- Daun majemuk menjari (palmatus)
- Daun majemuk bangun kaki (pedatus)
- Daun majemuk campuran (digitato pinnatus)
5. Daun majemuk menyirip dapat dibedakan dalam beberapa macam yaitu :
- Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus)
- Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus)
- Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus)
6. Dalam daun majemuk menyirip dibedakan lagi menurut duduknya anak-anak daun pada ibu tangkai, dan juga menurut besar kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada satu ibu tangkai, hingga kami dapati pula :
- Daun majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan
- Daun majemuk menyirip berseling
- Daun majemuk menyirip berselang-seling (interrupte pinnatus)
7. Dalam daun majemuk menyirip ganda dapat dibedakan menjadi :
- Daun majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus)
- Daun majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus)
- Daun majemuk menyirip ganda empat, dan seterusnya
8. Pada daun majemuk yang menyirip ganda dibedakan lagi menjadi :
- Daun majemuk menyirip ganda sempurna
- Daun majemuk menyirip ganda tidak sempurna
9. Mengenai daun majemuk menjari tidak ada hal-hal yang begitu rumit seperti pada daun majemuk menyirip. Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan seperti berikut :
- Beranak daun dua (bifoliolatus)
- Beranak daun tiga (trifoliolatus)
- Beranak daun lima (quinquefoliolatus)
- Beranak daun tujuh (septemfoliolatus)

B. Saran
Praktikan berharap agar dalam praktikum selanjutnya dapat berlangsung dengan lebih tenang, sehingga praktikan dapat memanfaatkan waktu yang telah disediakan dengan seefisien mungkin. Serta praktikan berharap agar tidak hanya para praktikan yang mematuhi tata tertib pada saat di dalam laboratorium, namun para asisten juga sehingga praktikum dapat berjalan lebih tertib.
Selengkapnya...

Minggu, 03 April 2011

Laporan Morfologi Tumbuhan I - Daun Lengkap & Daun tidak Lengkap

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan begitu pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula merupakan hanya cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri.
Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah morfologi tumbuhan. Morfologi tumbuhan hanya mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan pun sudah demikian pesat perkembangannya hingga dipisahkan menjadi morfologi luar saja dan morfologi tumbuhan atau lebih dikenal dengan anatomi tumbuhan.
Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tumbuhan saja tetapi juga bertugas menentukan apakah fungsi masing-masing bagian dari tumbuhan tersebut.
Karenan banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya bentuk daun baik daun lengkap dan daun tidak lengkap, maka perlunya mempelajari bagaimana sajakah bentuk dan pembagiannya.

B. Tujuan
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
- Mengetahui dan mengenal bagian-bagian daun serta membedakan daun lengkap dan daun tidak lengkap.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Piper bettle
A. Morfologi
Piper bettle yang biasanya disebut sirih dengan family piperaceae, merupakan daun tidak lengkap (folium incompletus) karena sirih tidak memiliki pelepah daun (vagina) melainkan hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Bangun daun (circumscriptio) berbentuk bulat telur (ovatus) dan daging daun (intervenium) jika dipegang seperti kertas (papyraceus).
Piper bettle juga memiliki bentuk pertulangan daun (nervatio) yang melengkung (cervinervis), tepi daun (margo folii) yang rata (integer), ujung daun (apex folii) yang meruncing (acuminatus) dan pangkal daun (basis folii) yang berlekuk (emarginatus). Permukaan daunnya bersifat licin mengkilat (laevis nitidus) (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Berikut susunan klasifikasi dari Piper bettle atau sirih yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper bettle
(Plantamor, 2011).

C. Ekologi
Piper bettle tumbuh di daerah hutan agak lembab dengan keadaan tanah yang lembab. Hidup pada daerah yang mempunyai curah hujan 2250 - 4750 mm/tahun. Tumbuhan ini dapat ditemukan hingga ketinggian 900 m dpl dan menyukai tempat yang teduh dan terlindung dari angin, serta pada daerah yang beririgasi baik dan kaya bahan organik dengan pH 7 – 7,5.

D. Nilai medis
Piper bettle dapat digunakan untuk mengobati sakit perut, sakit gigi, obat cacing dan mengandung obat perangsang. Daun sirih yang sudah direbus dapat digunakan untuk mencuci luka.
Daun sirih juga dapat digunakan sebagai obat untuk mengobati keputihan, mimisan, obat batuk, disentri, sariawan, menghilangkan jerawat bahkan sebagai obat untuk jantung. Kandungan kimia yang terdapat pada sirih antara lain minyak sirih, kavicol dan sebagainya.

E. Nilai komersial
Tumbuhan ini secara komersial dapat dijadikan sebagai bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohya daun sirih yang diolah untuk pembuatan pasta gigi, sabun sirih dan juga minyak sirih (Piper bettle oil). Harga daun sirih yaitu Rp 500,- per kg sedangkan sirih dengan daun, tangkai dan ranting sudah mencapai Rp 5.000,- per kg. Harga minyak daun sirih (Piper bettle oil) yaitu Rp 300.000,- per kg.

2.2 Euphorbia hirta
A. Morfologi
Euphorbia hirta atau patikan kebo dengan family Euphorbiaceae, merupakan daun tidak lengkap karena hanya memiliki helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus). Bentuk bangun daun (circumscriptio) adalah jorong (ovalis) dan daging daun (intervenium) jika dipegang terasa tipis lunak (herbaceus).
Euphorbia hirta juga memiliki bentuk pertulangan daun (nervatio) yang menyirip (penninervis), tepi daun (margo folii) yang bergerigi ganda (biserratus), ujung daun (apex folii) yang runcing (acutus) dan pangkal daun (basis folii) yang runcing (acutus). Jika diraba permukaan daunnya terasa berbulu kasar (hispidus) (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Berikut ini susunan klasifikasi dari Euphorbia hirta adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Ephorbia
Spesies : Euphorbia hirta
(Plantamor, 2011).

C. Ekologi
Euphorbia hirta dapat tumbuh pada suhu sekitar 23 – 28 oC. Euphorbia hirta merupakan tumbuhan daerah tropis dengan curah hujan sekitar 1600 mm/tahun. Euphorbia hirta merupakan tumbuhan merambat yang tumbuh diantara rumput. Dapat ditemukan pada ketinggian 200 mm dpl. Toleran terhadap pH 3,2 – 4,6. Kelembapan di sekelilingnya tidak terlalu berpengaruh.

D. Nilai medis
Euphorbia hirta memiliki bagian anti inflamasi atau radang yaitu suatu respon utama dari sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi, juga anti hemostatik atau pendarahan serta anti diuretik atau laju urinasi. Daun patikan dapat digunakan untuk mengobati asma, radang usus dan sakit tenggorokan. Kandungan kimia yang dimiliki adalah flanoid, glilcosida, sterol, eufostrol, alkaloid dan lain sebagainya.

E. Nilai komersial
Euphorbia hirta dapat digunakan sebagai obat karena merupakan Tumbuhan obat Indonesia. Euphorbia hirta yang telah diracik telah memiliki harga jual yang tinggi tergantung jenis penyakit yang akan diobati. Tumbuhan ini hanya dapat bertahan selama 1 tahun.

2.3 Anacardium occidentale
A. Morfologi
Anacardium occidentale atau jambu mede dengan family anacardiaceae, merupakan tumbuhan yang memiliki daun yang tidak lengkap (folium incompletus) karena hanya memiliki helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus). Memiliki bentuk bangun daun (circumscriptio) yang jorong (ovalis) dan daging daun (intervenium) jika dipegang seperti perkamen (perkamenteus).
Anacardium occidentale juga memiliki bentuk pertulangan daun (nervatio) yang menyirip (penninervis), tepi daun (margo folii) yang rata (integer), ujung daun (apex folii) yang tumpul (obtusus) dan pangkal daun (basis folii) yang runcing (acutus). Jika diraba permukaan daunnya terasa berkerut (rugosus) (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Berikut ini susunan klasifikasi dari Anacardium occidentale yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Sapindales
Family : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
Spesies : Anacardium occidentale
(Plantamor, 2011).

C. Ekologi
Tumbuhan jambu mede berasal dari timur laut Brazil, yang kemudian dibudidayakan di negara-negara tropis. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada suhu 20 – 35 oC dan tidak cocok ditanam pada daerah yang bersalju, karena tumbuhan ini menghendaki penyinaran matahari yang tinggi. Apabila tumbuhan jambu mede ini kekurangan penyinaran matahari maka produktivitasnya akan menurun karena radiasi yang rendah dapat memperlambat proses fotosintesis. Adapun jenis tanah yang sesuai dengan tumbuhan ini yaitu tanah yang berpasir, tanah lempung pasir dan tanah ringan berpasir dengan tingkat pH 6,3 - 7,3. Curah hujan 500 – 3500 mm/tahun. Dengan ketinggian 0 – 1200 m dpl dan dengan kelembapan 40 – 60 %.

D. Nilai medis
Tumbuhan ini banyak mengandung nilai medis, diantaranya yaitu pada kulit jambu mede dapat berkhasiat sebagai obat kumur atau sariawan. Akarnya dapat digunakan sebagai bahan pembuat obat pencuci perut. Selain itu daun dari jambu mede yang masih mudah dapat digunakan sebagai lalapan dan daun yang sudah tua sebagai obat luka bakar.

E. Nilai komersial
Tumbuhan jambu mede merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya. Biji mede dapat digoreng sebagai makanan bergizi tinggi. Buah mede dapat diolah menjadi sari buah, manisan kering, selai dan buah kaleng. Akar dari tumbuhan jambu mede ini dapat dibuat sebagai obat untuk pencuci perut. Selain itu kulit kayu mengandung cairan yang berwarna coklat yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna. Biji dari buah jambu mede dapat dimakan karena mengandung vitamin C dan minyak CNSL (Casew Nut Shell Liquid) / minyak laka adalah minyak yang dihasilkan dari kulit jambu mede yang bernilai komersial karena dapat digunakan sebagai bahan bakar.

2.4 Plumeria acuminate
A. Morfologi
Plumeria acuminate atau biasa dikenal dengan sebutan kamboja putih dengan family apocynaceae adalah salah satu tumbuhan yang berdaun tidak lengkap (folium incompletes), karena hanya memiliki tangkai daun (petioulus) dan helaian daun (lamina). Bangun daun (circumscriptio) berbentuk sudip (spathulatus) dan daging daun (intervenium) jika dipegang seperti kulit (coriaceus).
Plumeria acuminate juga mempunyai bentuk pertulangan daun (nervatio) primer paralel, tepi daun (margo folii) yang rata (integer), ujung daun (apex folii) yang tumpul (obtusus) dan pangkal daun (basis folii) yang runcing (acutus). Permukaan daunnya bersifat licin suram (laevis nitidus) (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Plumeria acuminate yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Plumeria
Spesies : Plumeria acuminate
(Plantamor, 2011).

C. Ekologi
Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah. Walaupun berasal dari tempat yang jauh, kemboja sekarang merupakan pohon yang sangat populer di Pulau Bali karena ditanam di hampir setiap pura serta sudut kampung, dan memiliki fungsi penting dalam kebudayaan setempat. Di beberapa tempat di Nusantara termasuk Malaya, kamboja ditanam di pekuburan sebagai tumbuhan peneduh dan penanda tempat. Kamboja dapat diperbanyak dengan mudah, melalui stek batang. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar. Tumbuh di daerah dataran rendah 1-700 m dpl.

D. Nilai medis
Tanaman kamboja (Plumeria acuminate) mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol dan asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat pahit beracun (Sastroamidjojo, 1967).
Kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulitnya mengandung zat pahit beracun. Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar dan daun Plumeria acuminate mengandung senyawa saponin, flavonoid dan polifenol. Selain itu daunnya juga mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri. Selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fenetilalkohol dan linalool (Tampubolon, 1981). Kulit batang kamboja mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol.

E. Nilai komersial
Plumeria acuminate banyak digunakan sebagai tumbuhan hias maka dari kegunaan tersebut dapat dimanfaatkan dan dengan nilai jual yang tinggi mencapai Rp.20.000,00 – Rp.30.000,00/pot. Namun di Indonesia Plumeria acuminate bisa dikatakan sudah tidak memiliki nilai jual atau nilai komersial lagi karena makin mudahnya masyarakat mendapatkan tumbuhan ini.

2.5 Jatropha gossyfifolia
A. Morfologi
Jatropha gossyfifolia atau jarak merah dengan family euphorbiaceae adalah salah satu tumbuhan yang berdaun tidak lengkap (folium incompletus) karena hanya memiliki tangkai daun (petioulus) dan helaian daun (lamina). Bentuk bangun daun (circumscriptio) yang bulat (orbicularis) dan daging daun (intervenium) jika dipegang tipis seperti selaput (membranaceus).
Jatropha gossyfifolia juga memiliki bentuk pertulangan daun (nervatio) yang menjari (palminervis), tepi daun (margo folii) yang bergerigi (serratus), ujung daun (apex folii) yang runcing (acutus) dan pangkal daun (basis folii) yang berlekuk (emarginatus). Permukaan daunnya bersifat licin suram (laevis opacus) (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Jatropha gossyfifiolia yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Malphigiales
Family : Euphorbiceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha gossyfifolia

C. Ekologi
Jatropha gossyfifolia meruapakan tumbuhan negara tropik dan negara subtropik seperti Florida. Jenis ini sudah ditanam di seluruh kawasan Malesia, teutama di daerah yang kering. Tumbuhan jarak merah merupakan salah satu tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Tumbuhan jarak dapat tumbuh pada keadaan tanah yang kurang subur, tetapi memiliki pengaliran air atau kadar air yang cukup dan mempunyai kadar tanah dengan pH antara 5,0 – 6,5 dengan keadaan suhu sekitar 31 ˚C dan dengan batas hidup pada ketinggian 500 m dpl.

D. Nilai medis
Daun tumbuhan jarak merah biasanya digunakan untuk mengobati luka pada tubuh. Biji dan cangkang jarak merah mengandung 20 – 40 % minyak nabati. Namun bagian inti biji cangkang dapat mengandung 45 – 60 % minyak kasar. Berdasarkan analisis terhadap komposisi asam lemak dari 11 provanas jarak merah, diketahui bahwa asam lemak paling dominan adalah oleat dan asam linoleat.

E. Nilai komersial
Pemanfaatan minyak dari tumbuhan jarak sebagai bahan bakar alternatif ideal untuk mengurangi tekanan permintaan bahan bakar minyak peghe atau penggunaan cadangan devisa. Minyaknya juga dapat digunakan sebagai pabrik lilin dan sebagai bahan bakar untuk masak, dimana sisa padat minyak tersebut digunakan sebagai pupuk.


BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum morfologi tumbuhan ini dilaksanakan pada:
- Hari/tanggal : Sabtu, 26 Maret 2011
- Waktu : Pukul 13.00 WITA - selesai
- Tempat : Laboratoium Biodeversity Biologi FMIPA UNTAD

B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Buku gambar
2. Alat tulis menulis
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Daun Piper bettle
2. Daun Euphorbia hirta
3. Daun Anacardium occidentale
4. Daun Plumeria acuminate
5. Daun Jatropha gossyfifolia

C. Prosedur kerja
1. Menulis nama spesies dan family tumbuhan tersebut
2. Menggambar dan memberi keterangan bagian-bagiannya
• Helaian daun (lamina)
• Tangkai daun (petiolus)
• Upih daun (vagina)
3. Menentukan :
• Circumscriptio
• Intervenium
• Margo
• Apex
• Basis
• Permukaan daun
• Nervatio


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Piper bettle
Piper bettle yang biasanya disebut sirih adalah salah satu tumbuhan yang berdaun tidak lengkap (folium incompletus) karena pada daun ini hanya memiliki tangkai daun (petioulus) dan helaian daun (lamina). Bagian yang terlebar pada daun terletak di bawah tengah-tengah helaian daun, pangkal daunnya tidak bertoreh dan memiliki bangun daun (circumscriptio) yang menyerupai bulat telur (ovatus). Daging daun (intervenium) bersifat tipis lunak (herbaceus).
Susunan tulang-tulang daun (nervatio) yaitu melengkung (cervinervis) dimana daun ini mempunyai beberapa tulang yang besar, satu di tengah yaitu paling besar sedangkan lainnya mengikuti jalannnya tepi daun. Jadi semula memencar kemudian kembali menuju ke satu arah yaitu ke ujung daun, sehingga selain tulang yang di tengah semua tulang-tulangnya kelihatan melengkung.
Memiliki tepi daun (margo folii) yang rata (integer). Ujung daun (apex folii) bersifat meruncing (acuminatus) yaitu di mana titik pertemuan kedua daunnya jauh lebih tinggi dari pada ujung daun yang runcing sehingga ujung daun terlihat sempit dan panjang. Memiliki pangkal daun (basis folii) yang berlekuk (emarginatus). Sedangkan pada permukaan daunnya bersifat licin mengkilat (laevis nitidus)
Piper bettle tumbuh di daerah hutan agak lembab dengan keadaan tanah yang lembab. Hidup pada daerah yang mempunyai curah hujan 2250 - 4750 mm/tahun. Tumbuhan ini dapat ditemukan hingga ketinggian 900 m dpl dan menyukai tempat yang teduh dan terlindung dari angin, serta pada daerah yang beririgasi baik dan kaya bahan organik dengan pH 7 – 7,5.

2. Euphorbia hirta
Euphorbia hirta atau patikan kebo merupakan tumbuhan yang berdaun tidak lengkap (folium incompletus) karena hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Bagian yang terlebar pada daun berada di tengah-tengah helaian daun. Bentuk bangun daun (circumscriptio) seperti jorong (ovalis) dengan perbandingan panjang : lebar = 1 ½ - 2 : 1.
Susunan tulang-tulang daun (nervatio) yaitu menyirip (penninervis) dimana daun ini mempunyai satu ibu tulang yang terdapat dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini ke samping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan, oleh sebab itu dinamakan bertulang menyirip.
Memiliki tepi daun (margo folii) yang bergerigi ganda (biserratus) karena memiliki angulus yang cukup besar. Ujung daun (apex folii) bersifat runcing (acuminatus) yaitu di mana titik pertemuan kedua daunnya jauh lebih tinggi dari pada ujung daun yang runcing sehingga ujung daun terlihat sempit dan panjang. Memiliki pangkal daun (basis folii) yang runcing (acutus). Sedangkan bila diraba pada permukaan daunnya terasa berbulu kasar (hispidus).
Euphorbia hirta dapat tumbuh pada suhu sekitar 23 – 28 oC. Euphorbia hirta merupakan tumbuhan daerah tropis dengan curah hujan sekitar 1600 mm/tahun. Euphorbia hirta merupakan tumbuhan merambat yang tumbuh diantara rumput. Dapat ditemukan pada ketinggian 200 mm dpl. Toleran terhadap pH 3,2 – 4,6. Kelembapan di sekelilingnya tidak terlalu berpengaruh.

3. Anacardium occidentale
Anaardium occidentale atau jambu mede adalah tumbuhan yang berdaun tidak lengkap (folium incompletus) karena hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Bagian yang terlebar pada daun berada di tengah-tengah helaian daun. Bentuk bangun daun (circumscriptio) seperti jorong (ovalis) dengan perbandingan panjang : lebar = 1 ½ - 2 : 1.
Susunan tulang-tulang daun (nervatio) yaitu menyirip (penninervis) dimana daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini ke samping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan, oleh sebab itu dinamakan bertulang menyirip.
Memiliki tepi daun (margo folii) yang rata (integer). Ujung daun (apex folii) yang tumpul (obtusus) karena tepi daun yang semula jauh dari tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 90 oC). Memilik pangkal daun (basis folii) yang runcing (acutus). Serta bila diraba permukaan daunnya terasa berkerut (rugosus).
Tumbuhan jambu mede berasal dari timur laut Brazil, yang kemudian dibudidayakan di negara-negara tropis. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada suhu 20 – 35 oC dan tidak cocok ditanam pada daerah yang bersalju, karena tumbuhan ini menghendaki penyinaran matahari yang tinggi. Apabila tumbuhan jambu mede ini kekurangan penyinaran matahari maka produktivitasnya akan menurun karena radiasi yang rendah dapat memperlambat proses fotosintesis. Adapun jenis tanah yang sesuai dengan tumbuhan ini yaitu tanah yang berpasir, tanah lempung pasir dan tanah ringan berpasir dengan tingkat pH 6,3 - 7,3. Curah hujan 500 – 3500 mm/tahun. Dengan ketinggian 0 – 1200 m dpl dan dengan kelembapan 40 – 60 %.

4. Plumeria acuminate
Plumeria acuminate atau kamboja putih hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina) saja sehingga termasuk daun yang tidak lengkap (folium incompletus). Bagian yang terlebar pada daun terdapat di atas tengah-tengah helian daun. Mempunyai bentuk bangun daun (circumscriptio) yang sudip (spathulatus) dimana bentuknya seperti bangun bulat telur terbalik, tetapi bagian bawahnya memanjang.
Susunan tulang-tulang daun (nervatio) yaitu primer lateral. Memiliki tepi daun (margo folii) yang rata (integer). Ujung daun (apex folii) yang tumpul (obtusus) karena tepi daun yang semula jauh dari tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 90 oC). Memiliki pangkal daun (basis folii) yang runcing (acutus). Serta bila diraba permukaan daunnya terasa berkerut (rugosus).
Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah. Walaupun berasal dari tempat yang jauh, kemboja sekarang merupakan pohon yang sangat populer di Pulau Bali karena ditanam di hampir setiap pura serta sudut kampung, dan memiliki fungsi penting dalam kebudayaan setempat. Di beberapa tempat di Nusantara termasuk Malaya, kamboja ditanam di pekuburan sebagai tumbuhan peneduh dan penanda tempat. Kamboja dapat diperbanyak dengan mudah, melalui stek batang. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar. Tumbuh di daerah dataran rendah 1-700 m dpl.

5. Jatropha gossyfifolia
Jatropha gossyfifolia atau jarak merah juga hanya memiliki tangkai (petiolus) dan helaian daun (lamina) sehingga termasuk daun yang tidak lengkap (folium incompletus). Bagian yang terlebar pada daun berada di tengah-tengah helaian daun. Memiliki bentuk bangun daun (circumscriptio) yang menyerupai bangun perisai (peltatus) dimana tangkai daun tidak tertanam pada pangkal daun, melainkan pada bagian tengah helaian daun.
Memiliki susunan tulang-tulang daun (nervatio) yang menjari (palminervis) dimana dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan. Jumlah tulang ini lazimnya ganjil, yang di tengah yang paling besar dan paling panjang, sedangkan ke samping semakin pendek.
Memiliki tepi daun (margo folii) yang berombak (repandus) karena sinus dan angulus sama-sama tumpul. Ujung daun (apex folii) bersifat meruncing (acuminatus) yaitu di mana titik pertemuan kedua daunnya jauh lebih tinggi dari pada ujung daun yang runcing sehingga ujung daun terlihat sempit dan panjang. Tidak memiliki pangkal daun (basis folii) karena tangkai daun tertanam pada bagian tengah helaian daun. Serta bila diraba permukaan daunnya terasa tipis seperti selaput (membranaceus).
Jatropha gossyfifolia meruapakan tumbuhan negara tropik dan negara subtropik seperti Florida. Jenis ini sudah ditanam di seluruh kawasan Malesia, teutama di daerah yang kering. Tumbuhan jarak merah merupakan salah satu tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Tumbuhan jarak dapat tumbuh pada keadaan tanah yang kurang subur, tetapi memiliki pengaliran air atau kadar air yang cukup dan mempunyai kadar tanah dengan pH antara 5,0 – 6,5 dengan keadaan suhu sekitar 31 ˚C dan dengan batas hidup pada ketinggian 500 m dpl.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka kesimpulan yang kami peroleh adalah sebagai berikut:
1. Yang dikatakan sebagai daun lengkap adalah jika daun tersebut memiliki helaian daun (lamina), tangkai daun (petiolus), dan upih daun (vagina), tetapi jika salah satu dari bagian tersebut tidak terdapat pada daun maka daun tersebut dikatakan daun tidak lengkap (folium incompletus).
2. Peper bettle, Plumeria acuminate, Anacardium occidentale, Euphorbia hirta dan Jatropha gossyfifolia merupakan tumbuhan yang hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina) sehingga seperti yang telah dijelaskan pada poin di atas, tumbuhan-tumbuhan tersebut termasuk tumbuhan yang berdaun tidak lengkap (folium incompletus).

B. Saran
Praktikan berharap agar dalam praktikum selanjutnya dapat berlangsung dengan lebih tenang, sehingga praktikan dapat memanfaatkan waktu yang telah disediakan dengan seefisien mungkin. Serta praktikan berharap agar tidak hanya para praktikan yang mematuhi tata tertib pada saat di dalam laboratorium, namun para asisten juga sehingga praktikum dapat berjalan lebih tertib.
Selengkapnya...